
Secret ~12~
Zea berada didalam kamarnya, Terlihat serius berkutat dengan ponselnya.
Tadi sewaktu pulang dari kampus Zacky menelponnya memberitahu kalau ada masalah serius di markas Gambino.
Ada penyusup yang berani membobol informasi mengenai Geng Gambino. Hampir semua informasi mengenai sepak terjang Buffalo Gambino dan anak buahnya didunia hitam Mafia dan gengster terkuak.
Informasi mengenai hal yang dilakukan Buffalo memang sengaja dirahasiakan. Agar tidak ada yang menyorot Gambino jika ada pembantaian dalam mereka melakukan misi.
Akan tetapi karna pembobolan informasi yang dilakukan oleh orang yang tak dikenal maka Berita mengenai Geng Gambino dengan cepat menyebar dikalangan dunia para Mafia.
GENG GAMBINO
Anggota geng yang mengidentifikasi diri mereka melalui beberapa tanda seperti pakaian, simbol, warna, perhiasan, tato, dan grafiti. Mereka adalah salah satu kelompok paling kejam di dunia, kelompok ini didirikan oleh BUFFALO GAMBINO di Amest. yang berisi orang-orang yang dilatih khusus oleh Buffalo sendiri. Terkenal dengan sebutan GM ( Gambino mafia) mereka memulai kejahatannya di Amest, Indo. Mereka memiliki 65.000 anggota yang tersebar di 120 kota, mereka terlibat dalam sindikat pembunuh bayaran. Kelompok ini adalah bagian dari penyelundupan narkoba, pasar gelap, dan penjualan senjata. Syarat utama untuk menjadi anggota geng ini adalah memiliki keahlian khusus, lalu mengucap sumpah setia pada kelompok ini.
Kira-kira seperti itulah rumor yang beredar mengenai Geng Gambino. Zea melotot menatap fakta yang dia lihat diponselnya saat ini.
Dengan terburu-buru dia turun dari kasurnya dan mengambil Jaket dengan Logo Gambino bersama kuncil mobilnya, Kemudian berlalu meninggalkan apartemennya.
Dengan kencang Zea melajukan mobilnya membelah jalan raya. Zea sampai di kota Amest tepatnya markas Gambino pada malam hari. Dengan langkah cepat Zea memasuki ruangan rapat.
"Maaf aku terlambat"
Ucapnya ketika semua anggota serempak menatapnya.
"Duduk!" Titah Zidan.
Zidan dengan tegas menjelaskan semua permasalahan dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi karena identitas Gambino yang telah terkuak.
"Saya sudah melacak dimana tempat tinggal penyusup itu, dia hanya anak buah dari geng Al Caray. Tapi kalian semua harus berhati-hati karena dia begitu telaten dan begitu setia pada bossnya akan sedikit sulit kita mengorek informasi darinya."
Semua orang yang berada diruangan itu mengangguk paham.
"Saya akan membagi dua tim. tim alpha yang akan meringkus penyusup itu dan tim beta akan menyelidiki informasi tentang Love--"
Belum sempat Zidan meneruskan perkataannya, Zea menyela
"kenapa harus dua tim? Hanya masalah seperti ini kenapa begitu serius?" Kata Zea, enteng.
Semua menatap Zea dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa aku salah?" Tanya Zea bingung.
Zidan menatap tajam adiknya.
"saya tidak menyuruh anda untuk berbicara! Diam lebih baik!" Sentak Zidan yang terdengar begitu dingin.
Zea meneguk ludah, kasar. "ma..maaf" ucapnya tertunduk takut.
"Dengar penjelasannya baik-baik, dan jangan sok tahu!" Tegas Zidan.
Zea tidak menyangkah kenapa kakaknya yang penyayang begitu terlihat menakutkan sekarang.
Nyali Zea menciut.
Zidan terlihat seperti bukan kakaknya, bantin Zea.
Dia tidak mengetahui perihal sifat Zidan jika dalam markas karena baru kal ini Zidan mempimpin rapat untuk misi. Biasanya opanya ataupun Zacky, tangan kiri opanya.
Setelah dipikir-pikir, tangan kanan yang sering disebut-sebut anggota lain yaitu Zidan. Rumor tentang kakaknya ternyata memang benar. Zidan terlihat dingin dan tegas ketika sedang memimpin rapat, Zidan tak akan memaafkan jika ada kesalahan yang dibuat anggota lain jika dalam rapat maupun dalam menjalankan misi. Zea merasa bersalah karena tindakkannya saat ini.
"tim beta. Zack, Blood dan Zea"
Zea sadar dari keterlamunannya ketika namanya disebut.
Baru saja ia akan berkomentar, tapi setelah melihat wajah Zidan yang datar. Ia mengurungkan niatnya.
"Lakukan sesuai perintah tadi, jangan ada kesalahan sedikitpun!"
Setelah Zidan mengatakan itu, ia keluar dan menuju ke ruangan khususnya.
Semua orang dalam ruang rapat dengan teratur keluar dan menuju ke tempat persenjataan.
"Kenapa lo berani banget bodoh!" Sindir Gladys dengan berbisik ditelinga Zea.
"Yah, gue nggak tau kalo kak Zi akan semurka itu"
"Wahh, goblokmu memang natural."
"Lo, ngatain gue!" Sergah Zea. Gladys menghembuskan napas lelah.
"Kan udah gue bilang Russel itu kalo lagi serius mode datar plus dinginnya keluar dan dia nggak akan kompromi dengan siapapun itu walaupun kamu itu adik kesayangannya."
"Yah mana gue tau." Elak Zea, mengedikkan bahu.
"Udah males gue liat ego lo!" Ucap Gladys sembari berjalan mendahului Zea.
Zea berdecak sebal. "Tungguin bego!" Tutur Zea sambil mensejajarkan langkah Gladys.
Tak lama kemudian ponsel Zea berdering, nama Zidan terpampang nyata dilayar ponselnya.
"Gawat ka Zi, nelpon" Zea menatap takut ponselnya yang belum berhenti berdering.
"Mampus lahh, dirimu sayang" Gladys menertawakannya.
"Ishh! Awas ya lo!"ucap Zea, sebal.
"Uhh cup cup cup, adik manis nggak boleh marah" ledek Gladys lagi.
"Diam nggak lo!"
"Ups." Gladys kemudian tertawa lagi. Ia sangat menyukai ekspresi kesal Zea saat ini.
Tanpa disadari dering ponsel Zea berganti dengan suara notifikasi whatsapp.
Ka Zidan ❤
Keruanganku sekarang!
Ketika Zea melihat isi chatnya, dengan terburu-buru ia meninggalkan Gladys.
"Woy? Napa lo ninggalin gue."
"Udah diam. Lo duluan aja ke ruang persenjataan."
"Emangnya lo disuruh kemana?"
"Bacot! Mau dibunuh ka Zi guenya."
Gladys yang mendengar hal itu seketika tertawa dengan kencang.
*******
Disinilah Zea sekarang duduk di sofa dalam ruangan khusus kakaknya. Dengan kepala yang tertunduk enggan menatap mata kakaknya. Sudah 5 menit berlalu, Zea dan Zidan sama-sama tidak mengeluarkan satu katapun.
Zidan yang masih menatap datar Zea, dan Zea yang tertunduk takut.
Dengan perlahan Zea mengangkat wajahnya dan sedikit menatap Zidan. Ketika dilihatnya Zidan menatapnya dengan tatapan datarnya, nyalinya menciut dan menunduk kembali.
Sedangkan Zidan yang melihat hal itu, terlihat sedang menahan senyumnya. Zea terlihat benar-benar ketakutan saat ini.
"Sudah menyesal sekarang?" Zidan membuka pembicaraan.
Zea mengangkat perlahan kepalanya dan ragu-ragu menatap Zidan.
Setelah dilihatnya Zidan merentangkan tangannya menghadap Zea, ia bingung.
"Tidak mau dipeluk?" Tanya Zidan dengan alis yang terangkat.
Seketika itu juga Zea tersenyum dan berlari memeluk kakaknya dengan erat.
"Kanapa? takut, hm?" Zidan bertanya sambil mengelus lembut rambut Zea.
Dalam pelukan Zidan, Zea mengangguk.
"Benarkah?" Goda Zidan dengan menjauhkan Zea lalu menatapnya.
"Ish! Iyaa.!" Ucap Zea kemudian memeluk erat lagi kakaknya.
Zidan tertawa mendengarnya, Adik yang super manjanya benar-benar tidak berubah.
"jangan lama-lama ya marahnya kak, Zea nggak suka."
"Tergantung"
"Kok tergantung sih!"
"Tergantung kalau kamunya mau berubah dan tidak mengulangi kesalahan kamu." Jelas Zidan.
"Iya, maafin Zea ya." Zea mendongkak wajahnya menatap Zidan.
"Ya, ya? Kak jawab dong. Dimaafinkan?"
Zidan berdehem dan mengecup puncak kepala Zea.
.
.
.
.
Sampai jumpa dibagian selanjutnya, jangan lupa tinggalkan kenangan kalian untukku lewat support kalian
Klik link ini : sociabuzz.com/chocolate/tribe
Semoga kita berteman baik Chocolaters. Sayang kalian ❤
29 Aug 2020
17 Aug 2020
09 Aug 2020
10 Aug 2020
31 Jul 2020
29 Aug 2020
20 Aug 2020
17 Aug 2020