Misteri Gunung Menangis
11 Jun 2020

Saat perjalanan panjang dari Malinau - Tanjung Selor - Berau - Sangata - Samarinda, karena sampai di Berau sudah hampir satu hari satu malam, dan akan dilanjut perjalanan yang sangat panjang dari Berau ke Sangata, sampai di dusun perkampungan transmigrasi sebelum kota Sangata jam sudah menunjukan jam 18.00 pas shalat magrib sambil istirahat, dan mencari tempat makan kebetulan hanya satu warung makan yang buka disitu yaitu warung makan Padang dari tulisannya, karena teman kebetulan badan sudah tidak kuat dalam perjalanan, sehingga memutuskan untuk balik kanan dari Sangata kembali ke Kota Berau, karena alasan tersebut adalah :

  1. Badannya sudah kelelahan selama perjalanan, sedikit mabuk darat dan masuk angin.
  2. Pertimbangan lain disangata ternyata kota kecil tidak ada hotel disana.
  3. Keputusan lain yaitu akan sulit kembali membawa pulang ke Malinau dengan kondisi jalan serta waktu perjalanan bisa ditempuh dengan jarak 4-5 hari/malam, itu tergantung kondisi kekuatan mobil dan pisik kita dijalan.
  4. Apabila bawa mobil akan lebih mudah di semua tempat atau kota yang dilalui, sulitnya ada sebagian kota di Kutai harus disebrangkan oleh perahu poton, jadi tidak semua jalan ada jembatannya terkadang jembatan belum ada.
  5. Ada alternative ke dua balik kanan ke Berau dengan resiko, pada kondisi malam hari penduduk asli disana tidak ada yang berani melewati gunung menangis yang tadi sudah terlewati, berarti pada saat tengah malam persis bearada di tengah hutan puncaknya atau di punggung gunung menangis tidak ada satu kendaraanpun yang lewat disana itu yang menjadi pertimbangan rada sedikit parno mistis tersebut.
  6. Apabila tidak balik kanan ke Kota Berau di Sangata tidak tersedia Hotel untuk beristirahat disana.
  7. Walhasil dengan keputusan bulan kita berdua dengan teman, mau tidak mau langsung memutuskan untuk tetap balik kanan dari Sangata.
  8. Diputuskan sampai Kota Berau Mobil Mitsubishi Strada Triton DC versi turbo terpaksa diparkir di Bandara Berau dan berlanjut dengan pesawat Kalstar ke Samarinda [besok paginya rencananya].


Dalam perjalanan balik dari Sangata saya pribadi sudah filing bahwa di tengah hutan tersebut akan mendapatkan sambutan yang sangat baik dari semua penghuni hutan atau gunung menangis tersebut, mulai masuk punggung bukit atau puncak gunung sudah disambut dengan kabut tebal yang hampir 2-3 meter jarak pandang normal, mana lampu kabut belum tersedia kita coba tembak dengan lampu jauh malah berbalik silau dan mantul, perjalanan tetap berlanjut karena sempit dan kondisi jalan, serta kiri-kanan dengan jurang menganga ditambah dengan jarak panjang yang kurang bagus pas sudah hanya bisa merayap dan hati-hati mana jarak tempuh diatas punggung gunung tersebut apabila dengan kecepatan yang makam itu saya bawa bisa 3 jam lamanya di atas bukit menangis tersebut. Dalam tebih mulai terlihat Landak hutan keluar mendapatkan hangatnya jalan tanah berpasir tersebut bercanda sama temannya, lebih jauh keluar monyet berbulu merah pada gendong anaknya seperti berjemur di pinggi jalan, yang tersorot lampu dalam suasana kabut tersebut jelas banyak sekali, karena saya serius melihat keadaan jalan tidak bisa kerekam semua disekeliling mobil yang berjalan tersebut, karena bahaya kiri kanan jurang kalau tidak hati-hati dan full konsentrasi bisa fatal urusannya, saya sempat isaratkan kepada Teman Pak di belakang banyak roti yang belum termakan kasihkan aja ke mereka Pak, karena teman itu sangat ketakutan tidak cukup berani untuk memberikan/melempar roti itu keluar jendela mobil, malah dia bilang jangan Pak Jaja takut, pintu sudah dikunci belum takut ada di belang, ya sudah jawaban saya singkat, semua monyet yang ekor panjang pendek dan yang hitam semua keluar seperti di pasar ramai, sampai akhir ketegangan itu hinggap dibarengi degup jantung yang saling bersahutan silih berganti.


Akhirnya sampai juga di Berau dan langsung pesan hotel untuk istirahat, karena besoknya sudah terbang ke Samarinda by Kalstar, mungkin di Samarinda bisa dua (2) hari untuk melepas lelah, tegang dan capai di hotel. Dan seterunya melanjutkan ke Tring - Long Iram - Melak - Long Bangun - terakhir di Sungai Boh. Selamat jelajah alam Borneo.



Jaja Juharja

Salam Siliwangi Terakhir