Tegaknya Padjadjaran Dan Alam Parahiyangan.
18 Jul 2020

NYAWANG KAHAYANG, NGAHONTAL LOGIKA, MAPAY SYAREAT DAN MAPAG HAKEKAT


Sih hapunten Abdimah teu gaduh nanaon atuh, Sareng teu bisa naon-naon atuda, naon atuh ari gambaran mah seueur, jeung kahoyong jeung sajabina, iyeumah nuju nyarioskeun nu bakal ngajadi lalakon teh, katurunan ti Tanah Sunda Padjadjaran dari titisannya yang masih muda belia [Ngora Keneh-Cashing Muda-Seh Enom].

[Bahasa Sunda Translate : Mohon maaf beribu maaf Saya ini tidak punya sesuatu apapun baik ilmu maupun rupa bentuk barang, kalau pemikiran mah sangat banyak, apalagi keinginan dan lain sebagainya, ini hanya ingin menjelaskan atau mengungkap sesuatu yang menjadi cerita dalam cerita ini, adakah yang menjadi Satria itu merupakan keturunan dari Sunda Padjadjaran].u

Kalau kita membuka dan menelusuri dari banyak cerita dan literatur Layang, Wangsit, Sinom dan ataupun Serat dari jaman ke zaman dari kerajaan di wilayah Indonesia ada yang bisa ditarik lurus serta benang merahnya, yang sama-sama merujuk kepada Sunda Land atau Para Leluhur Padjadjaran pada saat itu, kita coba guar dan telisik lebih jauh kepada isi Wangsit Siliwangi yang sudah diguar serta sering tembangkeun ku Aki Lengser, supaya menjadi penggugah hati dan penglipur lara masa jayanya Kerajaan Padjadjaran, coba kita sama-sama harus menjalankan dan menerapkan tindak tanduk dari Silih Asah, Asih dan Asuh, dan sama-sama berdoa untuk dan akan menjadikan sebagai kemaslahatan umat di seluruh Sunda Padjadjaran.

Menurut Ramalan~Layang Prabu Jayabaya dan pertanda serta tanda-tandanya adalah diantaranya sebagai berikut ;


  1. Sakti Tanpa aji-aji.
  2. Masih keturunan campuran Mataram  Padjadjaran.
  3. Berdarah Biru.
  4. Bisa menguasai ilmu lawan dalam beberapa detik (*karena hakekat ilmu satu dr Maha segala Maha) "Allah SWT.
  5. Dari kecil diasuh oleh Eyang Sagoro [Eyang Samudro].
  6. Berarti masih termasuk cucunya dari Eyang Lawu.
  7. Cucu Kesayangan dari Eyang H. Agung Mataram, Eyang H. Dalem Tajimalela [Sumedang Larang], Eyang Jagad Nata & Pengawalnya [Panjalu], Eyang Prabu Siliwangi [Pakuan Padjadjaran], Sunan Rohmat Suci [Caruban], Sunan Gunung Jati [Kesultanan Cirebon], Eyang Sunan Kalijaga [keilmuan Eyang Gajah Mada, Eyang Dozol-Eyang Dogol-Eyang Dongkol, Eyang Donggu].
  8. Membebaskan Eyang Gandasari, Mbah Giman di Purworejo, Eyang Ular Putih dari Brebes Sepanjang Pantura dll.
  9. Titisan Syareat Ilmu Pangeran Wijaya Kusumah Bin Pangeran Purba Sora, Bin Semplak Waja, Bin Wreti Kendayun [Itu keturunan Raja semua dan yang tidak sempat menjadi Raja adalah yang terakhir yaitu Eyang Pangeran Wijaya Kusumah] beliau keburu wafat sempat menjadi Team Penasehat Taktik Perang Melawan Belanda pada zaman Raja Pangeran Jayakarta [Pangeran Palettehan].
  10. Keturunan Syareat dan Karomah Ilmu dari Karuhun Raja2 Nusantara dari karomahna asmaning asma JAYA/JOYO/WIJAYA-WIJOYO-WIJAYANTI, semua di awali oleh Nama Rajya Jaya dan Wijaya Jaya, seperti mulai dari Rajya-Rajya [Panan Joyo-Prabu Darma Kusumah, Pangeran Ongko Wijoyo, Wangsa Sanjaya, Pangeran Joyo Boyo, Pangeran Brawijaya V, Raden Wijaya, Pangeran Hadiwijaya, Pangeran Suta Wijaya, Pangeran Jayakarta dan seterusnya ~ sampai ke Pangeran Angka Wijaya Raja Sumedang Larang, yang terakhir yaitu Pangeran Wijaya Kusumah [Dan dicatat sebagai Nama Gunung yang Tertinggi di Indonesia yaitu Gunung Jaya Wijaya di Papua].
  11. Mekarnya Kembang Cangkok Wijaya Kusumah Jam 01.00 WIB di Batu Tulis Bogor, Sunda Wiwitan jl Padjadjaran, bulan Desember satu Minggu dalam penutupan Tahun 2017, sebagai simbol atau amanah mekarnya alam jagad buana Padjadjaran Anyar.
  12. Perjalanannya dari mulai Timur menyusuri Kerajaan Bali, Gudangnya Trowulan di Majapahit Jawa Timur, sampai ke Sanghiyang Sirah di Ujung Kulon.
  13. Situs Gunung Padang Cianjur diatas ada juga tempat untuk bertapanya Raja Prabu Siliwangi dan Tempat duduknya.
  14. Di Puncak Gunung Tampomas ada patempatan untuk tempat bersemedinya atau pertapaannya Eyang Prabu Siliwangi.


Semoga dari ciri-ciri atau tanda-tanda tersebut, kita berdoa semoga dan moga-moga Satria Nusantara sudah berada di tengah-tengah Tanah Pasundan Padjadjaran [Kota Parahiyangan Bandung], sebagai Iqon Kota Pasundan dan Kota Kerajaan Sumedang Larang yang ada di Timur Gunung Manglayang sebagai Tapal Batas perbatasan Sumedang dan Bandung, dan makanya di atas Gunung Manglayang ada yang disebut Tapal Kuda [Tapal Batas Berkuda] zaman dahulu apabila ke atas harus mendaki dan jalan kaki sampai Puncak Tapal Batas Perjanjian antara Sumedang dan Bandung, yang telah di ulas dalam cerita di Blogs dan Website saya yang berjudul, "Hutan Jati Batas antara Cirebon dan Sumedang. Salam hormat, 



Jaja Juharja

Jumat, 17 Juli 2020